Wednesday, May 8, 2013

Sudahkah Kebun Campuran Anda Ramah Burung?


Kicauan burung bagaikan alunan nada-nada indah yang diberikan oleh alam kepada manusia. Tak jarang, orang-orang kota mau mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli burung yang hanya dinikmati suaranya. Beruntunglah saudara-saudara kita yang tinggal di desa, dikelilingi oleh kebun dengan berbagai jenis pohon yang memberikan udara segar. Mereka tidak perlu uang untuk membeli burung, karena alam sudah menyediakan berbagai jenis burung dengan berbagai suara pula. Bahkan mereka dapat menikmati keuntungan lain dari burung-burung tersebut.

Burung tidak hanya dapat dinikmati suara dan keindahan warnanya, tetapi memililki peran penting sebagai indikator kesehatan lingkungan dan pengatur ekosistem, seperti pengendali hama, pemencar bijji dan penyerbuk. Keberadaan burung di suatu tempat menjadi indikator bahwa tempat tersebut memberikan daya dukung terhadap kelangsungan hidupnya, sebagai contoh, tersedianya sumber makanan, tempat bersarang, tempat bersembunyi dan tempat bertengger.

Karakteristik struktur vegetasi seperti arsitektur percabangan pohon, kerapatan tutupan dan lapisan tajuk pohon, serta kehadiran tumbuhan bawah berpengaruh terhadap perilaku dan jenis-jenis burung yang ada di dalamnya. Jumlah jenis burung dan fungsinya di dalam ekosistem menandakan kondisi ekosistem di tempat tersebut. Beberapa jenis burung berfungsi sebagai pemakan biji-bijian (granivor), pemakan buah-buahan (frugivor), pemakan serangga (insektivor), pemakan nektar (nektarivor), pemangsa (predator) dan pemakan segala (omnivor). Semakin beragam jenis burung yang ditemui di suatu lokasi berdasarkan penggolongan jenis pakan ini, maka semakin baik pula kondisi lingkungan di lokasi tersebut.

Kebun campuran (agroforestri) yang didalamnya terdiri dari berbagai jenis pohon, saat ini banyak disoroti dan menarik untuk dikaji sebagai salah satu alternatif tutupan lahan yang dapat memberikan penghidupan bagi pemiliknya. Di sisi lain, kebun campuran yang terdiri dari beberapa lapisan tajuk juga memiliki fungsi ekologis lebih baik bila dibandingkan dengan tutupan lahan non hutan lainnya. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa kebun campuran dapat berfungsi sebagai habitat burung.

Namun demikian muncul pertanyaan, karakteristik kebun campuran seperti apa yang menarik bagi burung sebagai tempat tinggalnya?
 
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pihak, karakteristik kebun campuran yang disukai oleh burung adalah:
  1. Masih terdapat jenis pepohonan hutan di dalam kebun campuran. Jenis pohon hutan ini sebagai sumber pakan bagi jenis burung hutan yang hanya tergantung pada jenis pepohonan hutan tertentu. Contohnya, jenis burung pemakan buah dari keluarga Pergam (Columbidae), Enggang (Bucerotidae), dan Takur (Capitonidae).
  2. Memiliki jenis pepohonan yang beragam dan struktur vegetasi berlapis. Lapisan tajuk paling atas yang umumnya berupa pohon-pohon besar berfungsi sebagai tempat bertengger untuk mengintai mangsa bagi burung predator seperti Elang (Accipitridae), sebagai tempat bersarang untuk burung-burung seperti Enggang (Bucerotidae), Takur (Capitonidae) dan Pelatuk (Picidae). Jenis lain dari keluarga Muscicapidae seperti sikatan, membutuhkan lapisan tajuk rendah hingga menengah untuk dapat mendukung perilaku mencari makannya. Sementara jenis burung yang hidup di lantai hutan seperti Puyuh (Phasianidae) memerlukan tumbuhan bawah sebagai tempat bersembunyi. Perlunya lapisan tajuk sebagai pendukung bagi kehidupan burung dalam kebun campuran dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan di kebun campuran berbasis kakao di Sulawesi. Kebun yang hanya terdiri dari tanaman kakao dan gamal (Gliricidia sepium), meskipun berada dekat hutan dan memiliki tajuk tertutup hanya mampu mendukung sedikit jenis burung pemakan buah dan pemakan nektar berukuran kecil. Hal ini dikarenakan pohon peneduh seperti Gliricidia sepium tidak mampu menyediakan sumber makanan bagi jenis burung pemakan buah berukuran besar.
  3. Jarak dari hutan dan kondisi avifauna hutan tersebut. Semakin dekat dengan hutan, semakin banyak burung yang datang.
  4. Kebun tidak menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida menyebabkan menurunnya sumber pakan bagi burung pemakan serangga. Sebagian besar kebun campuran yang berkembang secara tradisional di masyarakat, seperti kebun damar dan kebun karet tidak menggunakan insektisida sehingga berbagai jenis burung pemakan serangga masih bisa hidup di dalamnya.
Jika kita bisa membangun kebun campuran dengan karakteristik seperti tersebut di atas, tentunya kicauan burung akan terus terdengar di kebun kita. Namun, membangun kebun campuran dengan struktur kompleks seringkali dianggap dapat menurunkan produktivitas hasil utama. Inilah tantangan terbesar yang harus dicari penyelesaiannya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi jenis pohon yang dapat dipadukan dengan tanaman utama agar bisa terbangun kebun campuran yang ramah burung dan juga memberikan keuntungan ekonomis bagi pemiliknya.
 
Oleh Walesa Edho Prabowo dan Endri Martini
Sumber bacaan:
Abrahamczyk, S., M. Kessler. D.D. Putra. M. Waltert, T. Tscharntke. 2008. The value of differently managed cacao plantations for forest bird conservation in Sulawesi, Indonesia. Bird Conservation International 18: 349–362. BirdLife International.
Maas,B. Dadang Dwi Putra , Matthias Waltert , Yann Clough, Teja Tscharntke, Christian H. Schulze. 2009. Six years of habitat modification in a tropical rainforest margin of Indonesia do not affect bird diversity but endemic forest species. Biological Conservation 142: 2665–2671.
O’connor, T., S. Rahayu, M. van Noordwijk. 2005. Birds in a coffee agroforestry landscape in Lampung. World Agroforestry Center. Bogor.
Waltert, M., Mardiastuti, A. and Muehlenberg, M. 2004. Effects of land use on bird species richness in Sulawesi, Indonesia. Conservation Biology. 18: 1339–1346.
 
 

No comments:

Post a Comment